Cloud Cost Optimization: Cara Menjaga Performa Tanpa Boros Budget

im root

June 11, 2025

Cloud Cost Optimization Cara Menjaga Performa Tanpa Boros Budget

“Cloud itu fleksibel dan powerful, tapi tanpa kendali, tagihan bisa bikin kaget.”

Migrasi ke cloud menawarkan banyak keuntungan—fleksibilitas, skalabilitas, dan kemudahan integrasi. Tapi ada satu tantangan yang sering terabaikan: pengelolaan biaya. Banyak organisasi tergoda dengan janji cloud, tapi akhirnya menyadari bahwa biaya yang membengkak bisa jadi jebakan nyata kalau tidak dioptimalkan sejak awal.

Sebagai orang yang pernah menangani migrasi SAP ECC ke AWS, saya belajar banyak tentang bagaimana mengoptimalkan cloud agar tetap efisien, tanpa mengorbankan performa sistem.


Apa Itu Cloud Cost Optimization?

Cloud cost optimization adalah proses terus-menerus untuk:

  • Mengidentifikasi penggunaan sumber daya yang tidak efisien,
  • Menyesuaikan kapasitas dengan kebutuhan aktual,
  • Dan menyeimbangkan biaya dengan performa.

Bukan cuma soal “hemat”, tapi bagaimana mengatur cloud supaya setiap rupiah yang dibayar benar-benar bernilai.


Tanda-Tanda Kamu Perlu Optimasi Biaya Cloud

  • Tagihan bulanan makin naik padahal workload relatif stabil.
  • Banyak instance atau storage yang berjalan 24/7 tapi jarang digunakan.
  • Tidak ada visibility terhadap cost per layanan atau per aplikasi.
  • Belum menerapkan auto scaling atau rightsizing resource.
  • SAP kamu jalan 24 jam dengan konfigurasi fixed, padahal sebagian bisa fleksibel.

7 Langkah Nyata untuk Optimasi Biaya Cloud

1. Monitoring dan Tagging

Gunakan fitur billing dan cost explorer dari cloud provider. Di AWS, aktifkan Cost Allocation Tags untuk memantau penggunaan per proyek atau aplikasi.

2. Matikan Resource Idle

EC2, RDS, EBS, atau Load Balancer yang idle = pemborosan. Gunakan AWS Instance Scheduler untuk mematikan resource di luar jam kerja (terutama untuk QAS dan DEV).

3. Rightsizing

Audit instance yang overprovisioned. Banyak sistem jalan di instance besar karena “takut lambat”, padahal performa bisa sama dengan jenis instance yang lebih kecil dan lebih murah.

4. Gunakan Reserved Instances atau Savings Plans

Untuk sistem produksi SAP yang stabil, seperti ECC atau HANA, lebih hemat menggunakan Reserved Instances (RI) atau Compute Savings Plans dibanding on-demand.

5. Optimalkan Storage

Pantau snapshot EBS, S3 storage class (Standard vs. Infrequent Access), dan pastikan backup lama yang tak perlu dihapus atau diarsipkan.

6. Auto Scaling dan Load Balancer

Gunakan Auto Scaling Group agar kapasitas server menyesuaikan dengan kebutuhan. Tidak perlu standby 100% jika beban rendah.

7. Disaster Recovery yang Efisien

Gunakan Pilot Light DR atau Warm Standby daripada full-active DR yang mahal. Untuk industri manufaktur 24 jam, ini bisa jadi kompromi antara RTO dan budget.

Cloud bukan solusi murah—tapi bisa jadi efisien kalau dikelola dengan benar. Kuncinya bukan cuma di tools, tapi juga mindset: treat cloud like a utility, not a warehouse.

Mulai dari hal kecil: audit resource, gunakan auto-scaling, tag semua asset, dan ajak tim untuk sadar biaya. Karena di cloud, penghematan sejati datang dari kesadaran kolektif, bukan cuma strategi teknis.

Leave a Comment